Minggu, 20 September 2015

sejarah wajib

Rakyat Riau Angkat Senjata
1.latar belakang
Naluri VOC untuk melaksanakan monopoli perdagangan dan menguasai daerah-daerah di Nusantara, nyatanya belum usai. Setelah menguasai Malaka, VOC mengincar Kepulauan Riau. VOC mulai menanamkan pengaruhnya di Riau, mereka melakukan politik memecah belah (politik devide et empera). Maka dampaknya, kerajaan-kerajaan kecil di Riau, seperti Siak, Indragiri, Rokan, dan Kampar semakin terdesak akibat perlakuan jajahan VOC yang bertindak sewenang-wenang dan meluluh lantahkan perekonomian rakyat. Oleh karena itu, dimulailah perlawanan dari beberapa kerajaan.
2.perlawanan

Salahsatu perlawanan yang cukup berhasil di Riau adalah perlawanan yang dilancarkan kerajaan Siak Sri Indrapura.
Raja sekaligus pendiri kerajaan ini yaitu Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-1744) memimpin lansung proses perlawanan terhadap VOC. Beliau senantiasa mengikutsertakan puteranya, Raja Indra Pahlawan, dalam setiap pertempuran. Itulah sebabnya sifat bela negara telah tertanam sejak muda di diri Raja Indra Pahlawan.

Setelah berhasil merebut Johor, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah membangun benteng di Pulau Bintan untuk memperkuat pertahanan sebelum penyerangan untuk merebut Malaka.
Dalam suasana konfrontasi perebutan kekuasaan dengan VOC itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah wafat. Maka diangkatlah puteranya yang bernama Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah (1746 -1760). Ia juga memiliki naluri seperti ayahandanya yang ingin selalu memerangi VOC di Malaka dan sebagai komandan perangnya adalah Raja Indra Pahlawan.
Tahun 1751 berkobar perang melawan VOC. Sebagai strategi menghadapi serangan Raja Siak, VOC berusaha memutus jalur perdagangan menuju Siak.
VOC memperkuat pertahanan dengan membangun benteng-benteng. Kapal-kapal dagang yang akan menuju Siak ditahan oleh VOC. Oleh karena itu segera dipersiapkan kekuatan yang lebih besar untuk menyerang VOC. Sebagai pucuk pimpinan pasukan dipercayakan kembali kepada Raja Indra dan Panglima Besar Tengku Muhammad Ali. Dalam serangan ini diperkuat dengan kapal perang “Harimau Buas” yang dilengkapi dengan  perlengkapan perang secukupnya.
Tahun 1752Terjadilah pertempuran sengit di Pulau Guntung (1752 – 1753). Ternyata benteng VOC di Pulau Guntung itu berlapis-lapis dan dilengkapi meriam-meriam besar. Namun banyak pula jatuh korban dari VOC, sehingga VOC harus mendatangkan bantuan kekuatan termasuk juga orang-orang Cina. Pertempuran hampir berlangsung satu bulan. Melihat situasi yang demikian itu kedua panglima perang Siak menyerukan pasukannya untuk mundur kembali ke Siak. 
Sultan Siak bersama para panglima dan penasihat mengatur siasat baru. Disepakati bahwa VOC harus dilawan dengan tipu daya. Sultan diminta berpura-pura berdamai dengan cara memberikan hadiah kepada Belanda. Oleh karena itu, siasat ini dikenal dengan “siasat hadiah sultan”. VOC setuju dengan ajakan damai ini. Perundingan damai diadakan di loji Pulau Guntung. Pada saat perundingan baru mulai justru Sultan Siak dipaksa untuk tunduk kepada pemerintahah VOC. Sultan segera memberi kode pada anak buah dan segera menyergap dan membunuh orang-orang Belanda di loji itu.
Loji segera dibakar dan rombongan Sultan Siak kembali ke Siak dengan membawa kemenangan. sekalipun belum berhasil mengenyahkan VOC dari Malaka. Siasat perang ini tidak terlepas dari jasa Raja Indra Pahlawan. Oleh karena itu, atas jasanya Raja Indra Pahlawan diangkat sebagai Panglima Besar Kesultanan Siak dengan gelar: “Panglima Perang Raja Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh"

0 komentar:

Posting Komentar

 
Zadatul Fik Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template