Rakyat
Riau Angkat Senjata
1.latar belakang
Naluri
VOC
untuk melaksanakan monopoli perdagangan dan menguasai daerah-daerah di
Nusantara, nyatanya belum usai. Setelah menguasai Malaka, VOC mengincar
Kepulauan Riau. VOC mulai menanamkan pengaruhnya di Riau, mereka melakukan
politik memecah belah (politik devide et empera). Maka dampaknya,
kerajaan-kerajaan kecil di Riau, seperti Siak, Indragiri, Rokan, dan Kampar
semakin terdesak akibat perlakuan jajahan VOC yang bertindak sewenang-wenang
dan meluluh lantahkan perekonomian rakyat. Oleh karena itu, dimulailah
perlawanan dari beberapa kerajaan.
2.perlawanan
Salahsatu perlawanan yang cukup berhasil di Riau adalah perlawanan yang dilancarkan kerajaan Siak Sri Indrapura.
Salahsatu perlawanan yang cukup berhasil di Riau adalah perlawanan yang dilancarkan kerajaan Siak Sri Indrapura.
Raja sekaligus
pendiri kerajaan ini yaitu Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-1744) memimpin
lansung proses perlawanan terhadap VOC. Beliau senantiasa mengikutsertakan
puteranya, Raja Indra Pahlawan, dalam setiap pertempuran. Itulah sebabnya sifat
bela negara telah tertanam sejak muda di diri Raja Indra Pahlawan.
Setelah berhasil
merebut Johor, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah membangun benteng di Pulau Bintan
untuk memperkuat pertahanan sebelum penyerangan untuk merebut Malaka.
Dalam suasana
konfrontasi perebutan kekuasaan dengan VOC itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah
wafat. Maka diangkatlah puteranya yang bernama Muhammad Abdul Jalil Muzafar
Syah (1746 -1760). Ia juga memiliki naluri seperti ayahandanya yang ingin
selalu memerangi VOC di Malaka dan sebagai komandan perangnya adalah Raja Indra
Pahlawan.
Tahun 1751
berkobar perang melawan VOC. Sebagai strategi menghadapi serangan Raja Siak,
VOC berusaha memutus jalur perdagangan menuju Siak.
VOC memperkuat
pertahanan dengan membangun benteng-benteng. Kapal-kapal dagang yang akan
menuju Siak ditahan oleh VOC. Oleh karena itu segera dipersiapkan kekuatan yang
lebih besar untuk menyerang VOC. Sebagai pucuk pimpinan pasukan dipercayakan
kembali kepada Raja Indra dan Panglima Besar Tengku Muhammad Ali. Dalam
serangan ini diperkuat dengan kapal perang “Harimau Buas” yang dilengkapi
dengan perlengkapan perang secukupnya.
Tahun
1752Terjadilah pertempuran sengit di Pulau Guntung (1752 – 1753). Ternyata
benteng VOC di Pulau Guntung itu berlapis-lapis dan dilengkapi meriam-meriam
besar. Namun banyak pula jatuh korban dari VOC, sehingga VOC harus mendatangkan
bantuan kekuatan termasuk juga orang-orang Cina. Pertempuran hampir berlangsung
satu bulan. Melihat situasi yang demikian itu kedua panglima perang Siak
menyerukan pasukannya untuk mundur kembali ke Siak.
Sultan Siak
bersama para panglima dan penasihat mengatur siasat baru. Disepakati bahwa VOC
harus dilawan dengan tipu daya. Sultan diminta berpura-pura berdamai dengan
cara memberikan hadiah kepada Belanda. Oleh karena itu, siasat ini dikenal
dengan “siasat hadiah sultan”. VOC setuju dengan ajakan damai ini. Perundingan
damai diadakan di loji Pulau Guntung. Pada saat perundingan baru mulai justru
Sultan Siak dipaksa untuk tunduk kepada pemerintahah VOC. Sultan segera memberi
kode pada anak buah dan segera menyergap dan membunuh orang-orang Belanda di
loji itu.
Loji segera
dibakar dan rombongan Sultan Siak kembali ke Siak dengan membawa kemenangan.
sekalipun belum berhasil mengenyahkan VOC dari Malaka. Siasat perang ini tidak
terlepas dari jasa Raja Indra Pahlawan. Oleh karena itu, atas jasanya Raja
Indra Pahlawan diangkat sebagai Panglima Besar Kesultanan Siak dengan gelar:
“Panglima Perang Raja Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh"
0 komentar:
Posting Komentar